Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa
kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW
usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan
bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk
menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, " Aku
melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan
membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,' Ini adalah istrimu.'
Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata
kepadanya,' Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana."
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi
ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi
rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah
pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat,
sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di
Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya
Aisyah r.a.
Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah
tinggal dikamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu
banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.
Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh
istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik dikatakan, " Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah
cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a."
Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan "Bahwa ada seseorang yang menghina
Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,' Sungguh
celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah SAW."
Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat
besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan
ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, 'Demi Allah SWT, dia adalah manusia
yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)'.
Di antara istri-istri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami
keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya
untuk Aisyah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu
yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau
menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya,
dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk
Rasulullah SAW. Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada
istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat.
Dalam hal ini Aisyah berkata, "Merupakan kenikmatan bagiku karena
Rasulullah SAW wafat dipangkuanku."
Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan
kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir
hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau
meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh
ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar
berkata, "Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan
dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi." Ketika
Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, "Beliau adalah orang yang
paling mulia diantara ketiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar
dikubur dirumah Aisyah.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang
sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan
terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata
untuk taat kepada Allah SWT.
Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk
menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW. Ketika istri-istri Nabi SAW
hendak mengutus Ustman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta
warisan Nabi SAW yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, "Bukankah
Rasulullah SAW telah berkata, 'Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan.
Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah."
Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang
melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah
binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah
mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan
menggantinya dengan kerudung yang tebal.
Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya
dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah
SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun
memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika
menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah
termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para
ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits
setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66
th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`.
Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian
sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa
melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah
sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar
pun. Dimana sabda Rasul, "Berjaga dirilah engkau dari api neraka
walaupun hanya dengan sebiji kurma." (HR. Ahmad )
Dikutip dari: Amru Yusuf/ Istri Rasulullah, contoh dan teladan
0 komentar
Posting Komentar