Abu Bakar, khalifah Islam yang pertama dan orang paling terpercaya serta pembantu
Nabi yang sangat setia, dilahirkan di Makkah dua setengah tahun setelah tahun
Gajah, atau lima puluh setengah tahun sebelum dimulainya hijrah. Di masa pra
Islam dikenal sebagai Abul Ka'ab dan waktu masuk Islam, Nabi memberinya
nama Abdullah dengan gelar ash-Shiddiq (orang terpercaya).
Ia termasuk suku Quraisy dari Bani Taim, dan silsilah keturunannya sama dengan
Nabi SAW. dari garis ke-7. Dia salah seorang pemimpin yang sangat dihormati,
sebelum dan sesudah mereka memeluk agama Islam. Nenek moyangnya berdagang dan
sekali-kali mengadakan perjalanan dagang ke Syria atau Yaman. Sering Abu Bakar
mengunjungi Nabi dan ketika turun wahyu, ia sedang berada di Yaman. Setelah
kembali ke Makkah ia mendengar para pemimpin Quraisy, seperti Abu Jahal, Ataba
dan Shoba mengejek pernyataan pengangkatan Muhammad menjadi Rasul Allah. Abu
Bakar menjadi sangat marah, lalu bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk
agama Islam. Menurut Shuyuti, pengarang Tarikh ul-khulafa, Nabi berkata,
"Apabila saya menawarkan agama Islam kepada seseorang, biasanya orang
itu menunjukkan keragu-raguannya sebelum memeluk agama Islam. Tapi Abu Bakar
adalah suatu perkecualian. Dia memeluk agama Islam tanpa sedikitpun
keragu-raguan pada dirinya."
Pemeluk agama Islam pertama-tama di antara orang dewasa adalah Abu Bakar, di antara kaum muda
tercatat nama Ali, sedang di antara kaum wanita adalah Khadijah. Abu
Bakar sebagai seorang yang kaya raya, telah menyerahkan seluruh harta
kekayaannya untuk digunakan Nabi. Ketika itu Madinah sebagai ibu kota Islam
sangat terancam oleh gerombolan-gerombolan musuh. Nabi menghimbau perlunya dana
untuk membiayai kampanye guna mempertahankan diri dari bahaya yang akan tiba.
Maka Umar yang juga kaya raya seketika itu juga ingin mengambil kesempatan emas
ini, sehingga ia berharap bisa menandingi Abu Bakar dalam berbakti kepada
Islam. Beliau bergegas pulang ke rumah dan kembali membawa sejumlah besar harta
kekayaannya. Nabi sangat senang melihat tindakan sahabatnya itu, dan bertanya,
"Apakah ada yang anda tinggalkan untuk keturunan Anda?"
"Sebagian dari kekayaan telah saya sisihkan untuk anak-anak saya," jawab Umar.
"Apakah ada yang anda tinggalkan untuk keturunan Anda?"
"Sebagian dari kekayaan telah saya sisihkan untuk anak-anak saya," jawab Umar.
Demikian pula ketika Abu Bakar membawa pulang hartanya, pertanyaan yang
sama juga diajukan kepadanya. Beliau langsung menjawab,"Yang saya
tinggalkan untuk anak-anak saya hanyalah Allah dan Rasul-Nya."
Sangat terkesan akan ucapan Abu Bakar, Umar berkata, "Tidak akan
mungkin bagi saya melebihi Abu Bakar."
Di samping itu, ia membeli dan membebaskan sejumlah budak belian, termasuk Bilal
yang mendapat siksaan secara kejam sebelum masuk Islam. Bilal harus menjalani
segala macam penderitaan, intimidasi dan siksaan demi berbakti kepada
kepercayaan barunya (Islam). Abu Bakar mempunyai 40.000 dirham ketika masuk
agama Islam, tapi kemudian hanya tinggal 5.000 dirham saja pada waktu hijrah.
Beliau ikut hijrah ke Madinah menemani Nabi, dan meninggalkan isteri serta
anak-anaknya pada lindungan Allah.
Ia juga berjuang bahu-membahu dengan Nabi dalam pertempuran mempertahankan
diri, di saat para pemeluk agama baru itu sedang berjuang untuk eksistensinya.
Abdur Rahman bin Abu Bakar, putra Abu Bakar, mengatakan kepada ayahnya bahwa di
dalam perang Badar, dengan mudah dia mendapat kesempatan membunuh ayahnya. Abu
Bakar langsung menjawab bahwa apabila hal itu terjadi pada dirinya dalam
menghadapi anaknya, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Abu Bakar meninggal pada 23 Agustus 634 M dalam usia 63
tahun, dan kekhalifahannya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas
hari. Jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi.
Pada waktu Nabi wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang
pertama. Setelah terpilih, banyak orang berebut menawarkan bai'at, khalifah
lalu menyampaikan pidatonya yang mengesankan di hadapan para pemilih.
Abu Bakar berkata: "Saudara-saudara, sekarang aku telah terpilih
sebagai amir meskipun aku tidak lebih baik dari siapa pun di antara kalian.
Bantulah aku apabila aku berada di jalan yang benar, dan perbaikilah aku
apabila aku berada di jalan yang salah. Kebenaran adalah suatu kepercayaan;
kesalahan adalah suatu penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian akan
menjadi kuat bersamaku sampai (Insya Allah) kebenarannya terbukti, dan orang
yang kuat di antara kalian akan menjadi lemah bersamaku sampai (Insya Allah)
kuambil apa yang menjadi haknya. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku mematuhi
Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mematuhi-Nya dan Rasul-Nya, janganlah
sekali-kali kalian patuh kepadaku."
Abu Bakar berdiri tegak bagaikan batu karang menghadapi kekuatan-kekuatan
yang mengacau setelah Nabi wafat. Nampaknya seluruh struktur Islam yang telah
diletakkan Nabi yang baru saja mangkat akan hancur berantakan. Namun Abu Bakar
telah membuktikan dirinya menjadi orang yang kuat memegang teguh jalan yang
ditunjukkan Nabi. Selama Nabi sakit, satuan tentara yang berkekuatan 7000 orang
dimobilisir di bawah pimpinan Usamah bin Zaid menuntut balas atas kekalahan
orang-orang Muslim dari tangan pasukan Romawi. Begitu Nabi wafat terjadi pula
huru-hara besar di Arab. Maka Abu Bakar mengirim pasukan. Pengukuhan Usamah
sebagai panglima pasukan berkuda yang diangkat Nabi dipimpin langsung oleh
khalifah sendiri. Tentara Usamah menyelesaikan tugasnya dalam tempo 40 hari. Ekspedisi
itu berpengaruh sangat baik terhadap suku-suku bangsa yang mulai membandel dan
ragu-ragu tentang kekuatan Islam yang sesungguhnya. Tindakan Abu Bakar yang
imajinatif, tepat waktu dan dinamis, telah menyatukan kekuatan Islam.
Segera Abu Bakar menghadapi krisis yang lain, waktu Nabi wafat, sejumlah
Nabi palsu, yaitu para penipu lihai yang muncul di berbagai bagian Arab. Di
antara mereka yang terkenal ialah Aswad Asni, Talha Bani Asad, Musailama si
pendusta dan Sajah seorang wanita Yaman. Di suatu daerah di Zhul Qassa,
khalifah memberikan sebelas peta untuk menyamai jumlah komandannya dan
menugaskan mereka di berbagai sektor. Ekspedisi melawan Musailama terasa sangat
berat dan baru setelah Khalid bin Walid menggempur dengan dahsyatnya, musuh
dapat dihancurkan. Musailama mati terbunuh. Seorang sejarawan, Tabrani
mengatakan, "Belum pernah Muslimin bertempur sedahsyat pertempuran
ini."
Tak lama setelah pemilihan khalifah, sejumlah anggota suku mengimbau para
pemimpin Islam di Madinah agar mereka dibebaskan dari membayar zakat. Keadaan
tampaknya begitu suram, sehingga menghadapi masalah itu orang seperti Umar pun
terpaksa mengalah dan ia memohon kepada Abu Bakar: "O, Khalifah Rasul,
bersikap ramahlah kepada orang-orang ini, dan perlakukanlah mereka dengan lemah
lembut." Khalifah sangat jengkel dengan pameran kelemahan yang tidak
disangka-sangka itu, dan dengan amarah yang amat sangat ia menjawab: "Anda
begitu keras pada zaman jahiliyah, tapi sekarang Anda menjadi begitu lemah.
Wahyu Allah telah sempurna dan iman kita telah mencapai kesempurnaan. Sekarang
Anda ingin merusakkannya pada saat aku masih hidup. Demi Allah, walau sehelai
benang pun yang akan dikurangi dari zakat, aku akan berjuang mempertahankannya
dengan semua kekuatan yang ada padaku."
Dalam sejarahnya, khalifah Abu Bakar adalah seorang yang memegang teguh
pendirian dan integritasnya, berwatak baja. Ia selalu tampil mempertahankan
ajaran dasar agama Islam pada saat-saat yang sangat kritis.
Semua ekspedisi militer yang ditujukan terhadap orang-orang yang ingkar
kepada agama dan terhadap suku-suku yang berontak, berakhir dengan sukses
menjelang akhir tahun 11 H. pemberontakan dan perselisihan yang mencekam Arab
dapat ditumpas untuk selama-lamanya.
Di dalam negeri tidak ada pergolakan lagi, tetapi khalifah harus menghadapi
bahaya dari luar yang pada gilirannya dapat menghancurkan eksistensi Islam. Dua
orang raja paling berkuasa di dunia, Kaisar dan Kisra, sedang mengintai
kesempatan untuk menyerang pusat agama baru itu. Orang-orang Persi selama berabad-abad
memerintah Arab sebagai maharaja, yang tentu saja tidak dapat mentolerir setiap
kekuatan Arab militan untuk bersatu membentuk kekuatan yang besar. Hurmuz
adalah raja lalim yang memerintah Irak atas nama Kisra. Penganiayaan terhadap
orang-orang Arab menimbulkan pemberontakan kecil, tapi lalu berkembang menjadi
peperangan berdarah. Kini, keadaan yang terjadi malah sebaliknya; orang-orang
Persia yang dengan penuh kecongkakan dan selalu meremehkan kekuatan orang-orang
Muslim akhirnya tidak dapat menahan gelombang maju pasukan Islam, dan mereka
harus mundur dari satu tempat ke tempat lainnya sampai Irak jatuh.
Pada mulanya, Muthanna yang memimpin tentara Islam melawan orang-orang
Persi. Dia banyak mendapat kemenangan. Lalu kemudian Khalid bin Walid yang tak
terkalahkan dan dikenal sebagai Pedang Allah itu bergabung. Pertempuran yang
menentukan melawan Hurmuz dimenangkan orang-orang Muslim, dan saat itulah
Hurmuz mati terbunuh di tangan Khalid bin Walid dan orang-orang Persi
dihancurkan dengan meninggalkan banyak korban jiwa. Seekor unta dimuati rantai
seberat tujuh setengah Maund yang dikumpulkan dari medan tempur,
sehingga pertempuran itu dikenal sebagai "Pertempuran Rantai."
Khalid bin Walid ketika menjabat panglima tentara Islam di Irak memisahkan
administrasi sipil dan militer. Said bin No'man diangkat sebagai kepala
departemen militer, sedangkan Suwaid memegang kepala administrasi sipil.
Sebagian besar daerah Irak direbut selama pemerintahan Khalifah Abu Bakar,
sedang sisanya ditaklukkan oleh pemerintahan Umar.
Raja Byzantium, Heraclius, yang menguasai Syria dan Palestina, benar-benar
musuh Islam yang paling besar dan paling perkasa. Intrik-intrik dan akal
bulusnya menimbulkan beberapa kerusuhan yang dilakukan oleh suku-suku non Islam
di Arab. Dialah bahaya laten bagi Islam. Sejak tahun 9 H, Nabi sendiri telah
memimpin tentara melawan orang Romawi, kemudian pada masa Abu Bakar, sang
khalifah mengirimkan tentaranya untuk menghadang orang-orang Romawi dan membagi
kekuatannya dalam empat pasukan di bawah komando Abu Ubaidah, Syarjil bin
Hasanah, Yazid bin Sofyan dan Amr bin Ash serta menempatkan mereka di beberapa
sektor di Suria. Tentara Islam tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih
dan rendah mutunya sedangkan angkatan perang Romawi bersenjata lengkap dan
baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Pasukan Islam dan musuh berhadapan
di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yang hebat itu berkekuatan lebih dari 3 lakh
serdadu bersenjata lengkap, di antaranya 80.000 orang diikat dengan rantai
untuk mencegah kemungkinan mundurnya mereka. Tentara Muslim seluruhnya
berjumlah 46.000 orang. Sesuai dengan strategi Khalid, mereka dipecah menjadi
40 kontingen untuk memberi kesan seolah-olah mereka lebih besar dari musuh.
Operasi militer yang tak terlupakan bagi ummat Islam berakhir dengan kemenangan
di pihak kaum Muslimin. Pertempuran Yarmuk, dengan persiapan pendahuluannya
yang dimulai sejak khalifah Abu Bakar, dimenangkan pada masa khalifah Umar.
Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang paling terpercaya, Nabi berkata, "Saya
tidak tahu apakah ada orang yang melebihi Abu Bakar dalam kedermawaannya."
Ketika sakit Nabi semakin parah , beliau meminta Abu Bakar menjadi imam dalam
shalat. Abu Bakar mengimami shalat 17 kali selama Nabi hidup.
Nabi berkata, "Saya sudah membayar semua kewajiban saya, kecuali
kepada Abu Bakar yang akan mendapatkan ganjarannya pada hari kiamat."
Menurut Tarmidzi, Umar pernah berkata, "O, Abu Bakar, Anda orang
terbaik sesudah Rasul Allah."
Menurut keterangan Imam Ahmad, Ali pernah berkata, "Orang-orang
terbaik di antara umat Islam setelah Nabi adalah Abu Bakar dan Umar."
Abu Bakar merupakan salah seorang tokoh revolusi besar Islam, ia telah
menciptakan berbagai perubahan sosial, politik dan ekonomi yang paling
fundamental dalam sejarah manusia. Juga beliau sebagai salah seorang peletak
dasar demokrasi yang sebenarnya di dunia ini, lebih dari 1.400 tahun yang lalu,
tapi tak pernah ada lagi setelah itu.
Abu Bakar adalah seorang khalifah dan juga merupakan raja. Tapi Abu Bakar
berjalan hilir mudik tanpa pengawal atau pun teman. Ia makan makanan yang jelek
dan pakaian yang lusuh. Bahkan rakyat awam pun dapat menghubunginya setiap
waktu di siang hari, dan menanyakan segala tindakannya secara terbuka.
Beliau pernah memerintahkan pembuatan daftar tuntunan moral bagi tingkah
laku para prajurit Islam. Tuntunan ini seyogyannya menjadi contoh bagi dunia
yang sekarang di jaman modern ini sudah kacau balau dengan moral yang sudah
menyimpang jauh dari nilai-nilai kemanusian apalagi nilai agama. Hanya sedikit
sekali prajurit yang masih memegang nilai-nilai etik moral dan keagamaan. Para
pembaca yang budiman, pernahkah Anda mendengar seorang prajurit atau perwira di
jaman modern ini yang berani menolak atau mengundurkan diri karena diperintah
atasan untuk menjalankan tugas yang melanggar hukum Allah? Amat sangat sedikit.
maka orang-orang yang berani berkata "tidak" dalam hal yang demikian
ini adalah merupakan prajurit dan pejuang sejati.
Kembali kepada khalifah, kepada setiap tentara diberi instruksi: "Jangan
melakukan penyelewengan, jangan menipu orang, jangan ingkar kepada atasan,
jangan memotong bagian badan manusia, jangan membunuh orang-orang tua, para
wanita dan anak-anak, jangan menebang atau membakar pohon buah-buahan, jangan
membunuh hewan kecuali disembelih untuk dimakan, jangan menganiaya para pendeta
Kristen, dan jangan lupa kepada Allah atas karunia-Nya yang telah anda
nikmati."
Abu Bakar mengangkat Umar sebagai Qadhi Agung. Tapi kehidupan moral rakyat
telah terbiasa dengan hidup jujur dan bersih, sehingga tak ada pengaduan yang
disampaikan kepada Qadhi selama satu tahun. Adapun Utsman, Ali dan Zaid bin
Tsabit bekerja sebagai khatib.
Abu Bakar selalu cermat dalam mengambil uang bantuan dari Baitul Mal.
Beliau menggunakan secukupnya saja untuk keperluan hidup minimal setiap hari.
Pernah isterinya minta manisan tapi si suami tidak punya uang lebih untuk
membelinya. Untung, isterinya punya uang tabungan beberapa dirham selama dua
Minggu, yang lalu diberikannya uang itu kepada suaminya untuk membeli manisan.
Melihat uang itu, Abu Bakar bilang terus terang kepada isterinya bahwa
tabungannya itu telah membuatnya mengambil uang melebihi dari jumlah yang
mereka butuhkan. Lalu dikembalikan uang itu kepada Baitul Mal dan dikurangi
pengambilan uangnya di masa mendatang.
Abu Bakar senang sekali mengerjakan semua pekerjaan dengan tangannya
sendiri, dan tidak pernah mengijinkan siapapun juga untuk ikut membantu
melakukan pekerjaan rumah tangganya. Bahkan seandainya tali kekang untanya
terjatuh, ia tidak akan pernah meminta siapapun untuk mengambilnya. Ia lebih
suka turun dari unta dan mengambilnya sendiri.
Apabila di hadapannya ada orang memujinya, dia berkata, "Ya, Allah!
Engkau lebih tahu akan diriku dari pada aku sendiri, dan aku mengetahui diriku
sendiri lebih dari pada orang-orang ini. Ampunilah dosa-dosaku yang tidak
mereka ketahui, dan janganlah mengakibatkan aku bertanggung jawab atas
puji-puji mereka itu."
Abu Bakar dikenal memiliki kebiasaan hidup sangat sederhana. Pada suatu
hari, seorang putra mahkota Yaman dalam pakaiannya yang mewah tiba di Madinah.
Dilihatnya Abu Bakar hanya mengenakan dua lembar kain warna cokelat, yang
selembar menutupi pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan yang
lainnya. Putra mahkota itu begitu terharu melihat kesederhanaan khalifah,
sehingga dia juga membuang pakaiannya yang indah itu. Dia berkata, "Di
dalam Islam, saya tidak menikmati kepalsuan seperti ini."
Pada akhir perjalanan hidupnya, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul
Mal, berapa jumlah yang telah ia ambil sebagai uang tunjangan. Petugas itu
memberi tahu bahwa beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah
tahun kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan
seluruh hasilnya diberikan kepada Baitul Mal. Amanatnya sebelum mangkat itu
telah dilaksanakan. Dan untuk seekor unta dan sepotong baju seharga seperempat
rupee milik pribadinya, ia amanatkan agar diberikan kepada khalifah baru
setelah ia meninggal dunia. Ketika barang-barang tersebut dibawa kepada yang
berhak, Umar yang baru saja menerima jabatan sebagai khalifah mengeluarkan air
mata dan berkata, "Abu Bakar, engkau telah membuat tugas penggantimu
menjadi sangat sulit."
Pada malam sebelum meninggal, Abu Bakar bertanya pada putrinya Aisyah,
berapa jumlah kain yang digunakan sebagai kain kafan Nabi. Aisyah menjawab,
"Tiga." Seketika itu juga ia bilang bahwa dua lembar yang masih
melekat di badannya supaya dicuci, sedangkan satu lembar kekurangannya boleh
dibeli. Dengan berurai air mata Aisyah berkata bahwa dia tidaklah sedemikian
miskinnya, sehingga tidak mampu membeli kain kafan untuk ayahnya. Khalifah
menjawab, kain yang baru lebih berguna bagi orang yang hidup dari pada orang
yang sudah meninggal.
Banyak penghargaan yang diberikan kepada khalifah Abu Bakar tentang
kepandaian dan kebaikan hatinya. Baik kawan maupun lawan memuji kesetiaannya
kepada agama baru itu, demikian pula watak kesederhanaan, kejujuran, dan
integritas pribadinya. Jurji Zaidan, sejarawan Mesir beragama Kristen
menulis, "Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan masa
keemasaan Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kealiman
dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000 dirham,
jumlah yang sangat besar pada waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua,
termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan, demi memajukan agama Islam.
Ketika wafat, tidaklah ia memiliki apa-apa kecuali uang satu dinar. Ia biasa
berjalan kaki ke rumahnya di Sunh, di pinggir kota Madinah. Ia juga jarang
sekali menunggangi kudanya. Ia datang ke Madinah untuk memimpin sembahyang
berjamaah dan kembali ke Sunh di sore hari. Setiap hari Abu Bakar membeli dan
menjual domba, dan mempunyai sedikit gembalaan yang sesekali harus ia
gembalakan sendiri. Sebelum menjadi khalifah, ia telah terbiasa memerah susu
domba milik kabilahnya, sehingga ketika ia menjadi khalifah, seorang budak anak
perempuan menyesalkan dombanya tidak ada yang memerah lagi. Abu Bakar kemudian
meyakinkan anak perempuan itu bahwa akan tetap memerah susu dombanya. Sebelum
wafat, ia memerintahkan menjual sebidang tanah miliknya dan hasil penjualannya
dikembalikan kepada masyarakat Muslim sebesar sejumlah uang yang telah ia ambil
dari masyarakat sebagai honorarium."
Referensi : SERATUS MUSLIM TERKEMUKA, Jamil Ahmad
0 komentar
Posting Komentar